Minggu, 07 Mei 2017

Dulu pernah selewatan penjual madu dan sarang lebah ini ..rencana pengen berhenti dan beli 1 botol madu yang dia jual...karena buru2 saya urungkan deh berhenti beli madu dia. Rasanya ngenes banget melihat lengan tangan dia kelihan patah dan masih kuat keliling jualan sambil bawa ember berisi sarang tawon alias rumah lebah berserta plastik berisi botol2 madu.

Sangatlah luar biasa dan menggerus hati...dalam kondisi seperti itu..kondisi tubuj sudah tak sempurna...dia masih punya kemauan dan semangat untuk jualan keliling sambil jalan kaki. Bagi yang masih sempurna dan sehat ...harus lebih bisa hebat dari penjual madu ini.

Berikut ada sebuah posting menarik dan inspiratif dari seorang facebooker yang kebutulan ketemu dengan pedagang madu itu...ngobrol dan foto berdua dipinggir jalan. Berikut re-post dari status facebooker https://www.facebook.com/wildan.hakim1 :

Tak Lelah Meski Tulang Patah

Pagi ini saya menyempatkan diri belajar semangat hidup dari Hendi Suhendi. Pria berusia 52 tahun yang terus menyusuri jalanan Jakarta buat menjajakan madunya.

Hendi tak lagi muda. Anggota tubuhnya lengkap, tapi sebagiannya cedera. Lengan kanannya melengkung gegara patah tulang. Tulang di paha kirinya juga patah. Derita Hendi masih ditambah dengan penglihatan yang rabun. Samar-samar dia melihat objek di depannya.

Mata rabun Hendi dikarenakan luka parah di tempurung kepalanya. Dia menyebut ada 18 luka jahitan di kulit kepalanya.

Dengan kondisi seperti itu Hendi harus menahan nyeri di bahu kanan saat berjalan sembari menanggung beban belasan botol madu di bahu kirinya. Jalannya tak bisa lekas-lekas seperti halnya orang normal.

Cedera di tubuh Hendi bermula dari peristiwa celaka yang dialaminya. Lima tahun lalu, tubuhnya tertimpa batu gunung. Ayah dua anak ini dulunya memang bekerja sebagai pencari batu gunung.

Pasca cedera, Hendi bersama kakak ipar mencari madu di hutan Gunung Batu Labuan. Usai dikemas ke dalam botol, madu-madu ini dijajakan di Jakarta. Puluhan kilometer dilalui Hendi dengan berjalan kaki. Untuk istirahat, si akang cukup menginap di masjid yang dilewatinya. Meski terasa berat, ikhtiar mencari nafkah itu terus dilakoni penuh asa.

"Tiap kali ingat keluarga abdi (saya) selalu semangat. Abdi harus kerja, anak-anak masih kecil," ujar Hendi saat saya ajak berbincang di pinggir Jalan Rawajati Timur Kalibata Jakarta (Sabtu, 06/05/2017).

Di sela-sela obrolan, saya mencoba mengangkat beban di tas plastik hitamnya. Belasan botol madu itu lumayan berat saat diangkat. Selain madu, Hendi juga menjual sarang lebah yang sudah diperas madunya. Sarang lebah ini biasa dipakai sebagai umpan ikan.

Butuh waktu minimal tiga hari buat Hendi untuk menjual habis stok madunya. Mampang, Kalibata, Cilandak, Cijantung, hingga Pasar Minggu menjadi area edarnya. Rerata enam botol terjual dalam sehari.

"Untuk satu botol untungnya mah cuma 15 ribu. Abdi makan sehari hanya sekali kang. Biasanya setelah maghrib," ucapnya lirih.

"Yang penting sarapannya atuh kang. Jangan lupa," sahutku menimpali.

"Abdi sarapan gorengan dua, kopi, sama rokok," balasnya.

Panas dan dingin tak dihiraukan Hendi. Yang diingatnya adalah keluarga. Bila tak hujan, salah satu kaki Hendi yang tak lagi tegak itu akan terus menyusuri jalanan. Untuk melayani pembeli, Hendi banyak mengandalkan tangan kiri. Patah tulang di bahu kanannya praktis menjadikan lengannya tak banyak berfungsi.

Saya membayangkan betapa repotnya Hendi kala harus menunaikan salat. Meski dera hidup begitu berat, salat tak boleh lewat.

"Sudah diamanahi orang tua. Seberat apapun beban hidup, jangan tinggalkan salat," papar Hendi.

Pagi ini, sebotol madu jenis odeng seharga Rp 150 ribu berpindah tangan. Madu berwarna hitam ini kata Hendi berasal dari tawon atau lebah ganas di hutan Labuan. Kami berpisah.

"Banyak-banyak baca wirid ya pak. Baca surat Al Ikhlas sebisanya. Itu, surat Qulhu," seruku.

"Hatur nuhun kang sudah mengingatkan," sahutnya.

Hendi Suhendi kembali berjalan tertatih. Nyeri di bahu kanan dan paha kirinya pasti membuatnya merintih. Namun energi hidup menjauhkannya dari rasa sedih. Demi keluarga dia bekerja.







0 comments:

Posting Komentar