Minggu, 19 Juni 2022

Salah seorang guru kami pernah dawuh, "Jangan hanya bisa menyalahkan tanpa bisa memberi solusi."

Dikisahkan, konon ada seorang Kiai kampung yang tiap hari waktunya banyak dihabiskan untuk mengajar dan mendidik para santri dengan tulus ikhlas. Hingga suatu ketika sang kiai ini jatuh sakit. Makin hari keadaan sang kiai makin memburuk sampai tidak mampu bangun dari tempat tidur. Para santri senior matur dan menyarankan gurunya tersebut untuk berobat ke rumah sakit, namun ditolak kiai dengan lembut sambil menyembunyikan rasa sakitnya. 

Berulang kali para santri senior menyarankan sang guru untuk berobat ke rumah sakit, namun sang kiai tetap menolaknya dengan lembut, "Tidak perlu, saya tidak apa-apa kok, nanti juga sembuh sendiri. "

Suatu hari, tetangga kiai yang seorang non muslim menyadari bahwa tetangganya (kiai) tersebut sudah beberapa hari tidak terlihat keluar rumah menjalankan aktivitas rutinnya. Ia lantas  bertanya kepada salah seorang santri apa yang terjadi. 

Ketika mengetahui bahwa sang kiai sudah berhari-hari jatuh sakit, tetangga tersebut langsung menjenguk sang kiai dan bertanya, "Sudah sejak kapan anda sakit, Kiai? "

"Alhamdulillah, sudah seminggu lebih." Jawab kiai dengan ramah dan tidak menampakkan rasa sakit. 

"Sudah berobat, Kiai? ", tanya tetangga itu lagi. 

" Tidak, tidak apa-apa, nanti juga sembuh sendiri." 

Tetangga yang mengetahui betul kehidupan sang kiai, segera menyadari bahwa kiai tidak berobat ke rumah sakit bukan karena tidak mau, tetapi mungkin karena tidak mempunyai biaya  berobat. Ia tahu, keseharian kiai ini  hanya mengajar dan mendidik para santri dan umat. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan harian dirinya dan keluarganya mengandalkan dari hasil kebun  tidak seberapa yang dikelolanya sendiri. 

Segera ia mengajak kiai ke rumah sakit. Sang kiai masih menolak. Hingga ia pun mendesak dan berkata, "Sudah, Kiai, ayo saya antar ke rumah sakit. Njenengan ndak usah mikir biaya. Ini sudah kewajiban saya sebagai tetangga dekat jenengan".

Ketika para santri senior mengetahui hal tersebut, mereka protes, " Kiai, kenapa njenengan mau ditolong dan menerima bantuan tetangga kita yang non muslim itu? Apa itu tidak mencoreng kehormatan kita? "

"Sampean yang sudah menjadi santri saya bertahun-tahun - tahu keadaan saya begini juga tidak mengambil inisiatif dan mengambil tindakan apa-pa kecuali hanya sekedar memberi saran." Jawab kiai menjawab sambil tersenyum. 

Para santri yang protes merasa terpukul dengan ucapan kiai dan terdiam seribu bahasa. 

*******

Wallahu A'lamu Bisshawab.

Jbg, 2022

0 comments:

Posting Komentar