Minggu, 21 Agustus 2016

Berawal dari pertanyaan seorang temen tentang tarif ideal jasa untuk ngehandle project Digital Marketing sebuah MNC, saya jadi tau bahwa ternyata Digital Marketing sendiri di Indonesia ini juga mengalami degradasi nilai dari yg sebenernya.

Memang sih, sebelumnya sudah beberapa kali denger sekaligus lihat langsung gimana pergeseran nilai ini bikin rusak pasar industri kreatif di Indonesia. Mulai dari jasa design grafis, logo dan maskot, web development, sampai jasa SEO. Tapi untuk digital marketing? Baru tau sekarang.

Ada Harga Ada Rupa ..Know Your Value and Charge Your Price

Kalo saya amati, pergeseran nilai ini umumnya diawali dari persepsi yg keliru tentang cakupan sektor kreatif tadi. Entah karena emang ndak paham ekosistemnya, atau bisa jadi juga karena peremehan: Ah, cuman gitu doang.

Sehingga bisa jadi masih banyak yg kayak temen saya ini, nyangka Digital Marketing itu cuman sebatas SEO dan FB Marketing :p Semoga saja ndak ada yg nganggep kalo Digital Marketing itu online shop :D

Sedih sekaligus lucu. Sedih karena ngeliat fenomena miss-persepsi yg semakin luas ini. Dan lucu karena saya dulu 7 tahun lalu juga punya pemikiran yg ndak kalah parahnya: Digital Marketing itu SEO dan AdSense. Bisa keduanya sudah jago Digital Marketing. wkwkwk :D

Untungnya dalam perjalanan saya mendapatkan banyak pencerahan. Seiring dengan pergaulan yg semakin luas, berkenalan dengan orang-orang hebat, dan bekerja sama dengan profesional agency, pemikiran saya pun terbuka lebar. Ternyata Digital Marketing tidak sesempit yg saya pahami selama ini. SEO dan Social Media Marketing itu cuma 2 dari sekian channel untuk pemasaran digital. Didalamnya ada banyak step dan peran teknis penunjang lainnya.

Dari pengalaman selama 5 tahun ini, area digital marketing itu sudah mulai bahkan dari sebelum nyusun planning. Yes, aktifitas pertama setelah deal kontrak adalah audit marketing process. Ndak jarang bahkan sampai masuk ke product knowledge. Tergantung keperluan dan kebutuhan (serta besaran nilai kontrak. wkwkwk).

Setelah audit, baru mapping kondisi existing, identifikasi problem, brainstorming nyusun strategi-planning-framework, bikin KPI & schedule, dan step lainnya sampai ke eksekusi dan monitoring. Masing-masing step di breakdown lagi ke beberapa aktifitas dan dibuatkan quantitative target. Jadi klien bisa liat hasil kerjanya secara transparan dan riil. Tiap tahapan bisa dilihat sendiri progressnya.

Landscape areanya ndak cuma di SEO dan social media saja, tapi juga Content Management, Design (UX/UI), CRO, SEM (Paid Advertising), Digital PR, Mobile Marketing, Campaign & Event Management, analytics (tracking, impact analysis, benchmarking), dll. Dan treatment di tiap area itu juga berbeda sesuai sales funnel, framework dan KPI yg udah kita buat. Misalkan untuk funnel yg Reach yg sasarannya baru untuk explore market, maka aktifitas SEO, social media, atau channel lainnya yg berkaitan dengan objective berupa jumlah followers/fans, visitors, new inbound links, dan yg semisalnya. Trus untuk sasaran lainnya, maka aktifitasnya juga beda lagi. Begitu seterusnya di tiap sales funnel dan frameworknya. Belum lagi harus analisa dan baca data dari tiap aktifitas.

Tantangan lainnya adalah keunikan klien dan proses marketingnya. Sehingga kita ndak bisa ngasih treatment yg sama untuk setiap klien. si A misal dapet 8 treatment, tapi si B cukup 5 aja. Tergantung sama kondisi existing, maturity level dari marketing process, dan pesaing.

Jadi kalo ngeliat kompleksitas aktifitas area Digital Marketing seperti di atas, fee ribuan USD per bulan adalah hal yg sangat wajar. Karena dalam praktiknya, semakin kompleks masalah klien, dibutuhkan treatment dengan tingkat kedetilan yg serupa untuk memastikan sasaran klien tercapai 100%. Itulah perlunya tim yg solid.

Untuk bisa jadi konsultan sekaligus problem solver yg baik, butuh pengalaman panjang dan juga pengetahuan yg terus berkembang. Praktis tiap pekan selalu ada jadwal khusus untuk upgrade ilmu. Entah sharing knowledges, bedah jurnal, bahas case study, atau sekedar menjabarkan hipotesa terbaru. Ini belum termasuk upgrading skill lewat jalur kuliah dan ikut sertifikasi profesional.

Dan semua pengetahuan yg didapatkan dengan effort dan modal besar itu disarikan dalam bentuk best practices untuk klien. Plus konsultasi dan transfer knowledges sekalian. Enak banget kan?

Hal yg sama berlaku untuk sektor kreatif lainnya.

Jangan heran kalo denger tarif bikin web berbasis CMS yg 8 -15 jutaan ke atas dan yg custom bisa di atas 25 jutaan. Juga misal tau ada tarif optimasi web site (SEO) yg berharga puluhan juta per bulan. Atau desain logo usaha yg paling murahnya 5 juta. Itu bukan asal kasih harga, tapi ya emang banyak komponen lain yg membentuk harga tersebut.

Jadi ndak lucu kalo disandingin sama penyedia jasa serupa yg cuma ratusan ribu. Dari mindsetnya saja udah beda. Yg satu berpikir ke sustainability business klien, sehingga dipikirkan secara matang dan dieksekusi secara rapi. Sementara yg satu nya berfokus ke cepet laku, dan akhirnya ya asal jadi.

Nah, semoga bisa sedikit menambah wawasan. Dan terutama bisa menghargai sektor kreatif ini dengan lebih layak.

Tambahan buat para klien, yg ndak kalah penting juga adalah melihat track record si konsultan. Termasuk eksplore pengetahuan dan pengalaman ybs dengan ngobrol langsung dan tatap muka. Jangan sampai terjebak sama yg abal-abal dan kualitas kw. Ntar ribet sendiri.

Kuncinya adalah Know Your Value and Charge Your Price. [ASB]

‪#‎BreakingNews‬

NB :
* screenshot yg ditampilkan sudah seijin ybs :p 
sumber https://www.facebook.com/anditasb/posts/10209796616487456

0 comments:

Posting Komentar